Total Tayangan Halaman

Minggu, 14 Desember 2014

TEKNOLOGI KOMUNIKASI & OPTIK NAZI

 

Tabun, Senjata Rahasia Super Mematikan Yang Tidak Digunakan Hitler!

Bayangkan jika tiba-tiba anda tidak mampu lagi bernafas karena otot dada dan paru-paru menegang. Air liur, lendir terus mengalir dari mulut dan hidung anda, bahkan seluruh tubuh anda menggigil hebat disertai keringat yang mengucur deras. Pandangan pun tiba-tiba kabur karena lubang pupil mata anda mengecil hingga seujung jarum. Pusing dan rasa mual yang hebat mengiringi penderitaan anda bahkan ketika anda sangat tersiksa ingin menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.

Saat itu anda sudah tidak bisa lagi menggerakkan seluruh tubuh anda, tangan, kaki, kepala, leher terasa sangat kaku tanpa bisa digerakkan sedikitpun. Lalu 6 menit kemudian, anda merasakan sekarat yang hebat dan.............kematian pun menjemput.
TABUN, itulah senyawa kimia berbahaya warisan Perang Dunia II yang DICIPTAKAN OLEH ILMUWAN JERMAN pada era 1930an. Seseorang yang terkena tetesan TABUN seukuran ujung jarum dapat meregang nyawa dalam waktu 3-6 menit!

Begitu dahsyatnya efek senyawa kimia ini hingga Liga Bangsa-Bangsa (nenek-moyang PBB) melabelkannya sebagai salah satu SENJATA PEMUSNAH MASSAL (Weapons of Mass Destruction, Chemical Weapons Convention 1993) yang haram bagi negara mana pun untuk memproduksi, menggunakan, dan menyimpannya. Hal ini menjadikan TABUN sejajar dengan senjata pemusnah massal lain seperti Bom Nuklir.

Namun, tahukah anda bahwa senjata super-mematikan ini sama sekali TIDAK PERNAH digunakan Jerman dalam Perang Dunia II (1939-1945) melawan Sekutu ??
Perang Dunia II merupakan perhelatan akbar penghancuran umat manusia yang kedahsyatannya belum pernah disaksikan sang waktu sebelumnya. Puluhan juta manusia terbunuh dalam rentang waktu yang sangat singkat, kota-kota besar rata dengan tanah, rusaknya lingkungan hidup dan tatanan sosial, merebaknya penjarahan, pembunuhan, pemerkosaan, hancurnya negara-negara adidaya, dan menyebarnya paham ideologi menyimpang.

Sewajarnya, Perang Dunia II menjadi katalis dan kawah candradimuka perkembangan teknologi dan sains militer saat itu. Amerika, Jerman, Inggris, Jepang, dan Soviet berlomba untuk menciptakan mesin perang paling handal yang mampu melibas lawan tanpa ampun.

Mesin perang modern berkecamuk di udara dalam bentuk pesawat pengebom, pesawat pemburu, dan bom missile; di permukaan laut dalam bentuk Battleships, Destroyer, dan kapal induk pesawat; di bawah laut dalam bentuk Kapal Selam; dan di darat dalam bentuk tank, artileri, dan infantri mekanis.
Menariknya, Jerman adalah negara yang paling inovatif dalam mengembangkan teknologi militernya pada Perang Dunia II. Sejarah mencatat bahwa Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler mampu menjadi sebuah negara besar yang tidak hanya unggul di ranah politik hubungan internasional, ekonomi, sains dan teknologi, namun juga unggul dalam angkatan bersenjata dan perkembangan teknologi militer.

Berbagai penemuan revolusioner dihasilkan oleh para ilmuwan Jerman yang kemudian diaplikasikan dalam bidang militer, antara lain:
  1. Pesawat jet pertama di dunia yang kemudian dikemas dalam pesawat pemburu Messerschmitt Me-262.
  2. Pesawat siluman pertama di dunia yang mengaplikasikan teknologi flying wing dan carbon coating untuk menghindari deteksi radar (Horten Ho 229).
  3. Pesawat VTOL pertama di dunia dalam bentuk helikopter (Flettner Fl 282 Kolibri).
  4. Riset bom nuklir pertama yang menggunakan heavy water (jauh sebelum proyek Manhattan Amerika, namun akhirnya gagal karena sabotase).
  5. Rudal roket pertama di dunia yang menginspirasi penerbangan luar angkasa Amerika Serikat (A-1 bombs, V-1, V-2).
  6. Hingga senjata kimia pemusnah massal yang sangat efektif dan berbahaya sehingga memungkinkan Hitler untuk memenangkan Perang Dunia II jika saja dia menggunakannya: TABUN.
Ya, TABUN. Sebuah senyawa kimia yang jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau buah, namun amat-sangat beracun ini adalah hasil penelitian "tidak sengaja" oleh seorang Ilmuwan Jermanbernama Gerhard Schrader pada bulan Januari 1936.

Pada awalnya Gerhard melakukan riset untuk mengembangkan insektisida (obat anti hama/serangga) kepada perusahaan IG Farben. Insektisida yang fungsinya melumpuhkan sistem syaraf serangga itu ternyata juga mampu menghancurkan sistem syaraf manusia dalam sekejap.

Sebagaimana peraturan di Jerman kala itu, semua hasil riset yang memiliki potensi militer agar diserahkan kepada pemerintah. Perwakilan dari IG Farben pun dipanggil menghadap ke Berlin untuk menunjukkan efektivitas Tabun dalam bidang militer. Akhirnya, riset dan produksi Tabun untuk menjadi senjata kimia pun dilakukan besar-besaran.

Sebagaimana senjata "ajaib" dalam perang, proyek Tabun ini benar-benar dirahasiakan keberadaannya sehingga negara-negara Sekutu pun tidak mengetahui secuil pun tentang Tabun apa lagi bagaimana mempersiapkan diri dan counter-attack terhadap senjata kimia ini.

Kedahsyatan TABUN sebagai senjata kimia sudah tidak diragukan lagi. Satu tetes kecilnya, jika tersentuh oleh kulit manusia, maka dapat dipastikan orang itu akan mati dalam 6 menit kedepan.

Bayangkan jika senjata ini digunakan dalam Perang global, di mana terdapat ratusan ribu tentara dalam satu front pertempuran, padahal Jerman kala itu (medio 1943) sudah mampu memproduksi 12000 ton TABUN.

Keefektifan TABUN sebagai senjata pemusnah massal pun jauh melebihi Bom Nuklir yang gemar dibahas oleh negara Sekutu kala itu. Bom nuklir memang memiliki efek destruktif yang sangat besar, namun dengan efek kehancuran yang besar itu juga terjadi collateral damage yang besar pula, antara lain efek radioaktif nuklir berpuluh-puluh tahun yang menimbulkan penyakit genetik, kehancuran lingkungan dan bangunan perkotaan.

Berbeda dengan TABUN yang hanya membunuh manusia (dan serangga), sehingga penggunaannya sangat efektif dan spesifik. Apalagi TABUN adalah senyawa yang sangat mudah menguap dan terurai di udara sehingga tidak terjadi efek buruk lingkungan setelah serangan dilakukan.
Seiring berjalannya waktu, Jerman semakin terdesak dan kalah dalam pertempuran-pertempuran Perang Dunia II.

Hancurnya pabrik industri dan militer oleh pesawat pengebom milik Sekutu, kalahnya industri, sumber daya alam, dan jumlah sumber daya manusia Jerman dibandingkan Amerika dan Soviet, serta bobroknya birokrasi internal pemerintahan Nazi saat itu, hingga pengkhianatan di kalangan angkatan bersenjata, mengakibatkan Hitler semakin tersudut dalam perang.

Selain itu, negara-negara Sekutu juga gencar melakukan serangan pemusnah massal berupa pengeboman besar-besaran ke wilayah penduduk yang mengakibatkan jutaan masyarakat sipil meninggal, dan puluhan juta lainnya kehilangan rumah mereka.

Bahkan tidak jarang pasukan pengebom Sekutu menggunakan bom incendiary yakni bom api yang mampu membakar habis-habisan seluruh kota dalam badai api. Pemboman massal seperti ini justru memiliki efek yang jauh lebih dahsyat daripada penggunaan bom atom/nuklir.

Jika bom atom kala itu hanya efektif untuk sebuah kota yang terdiri dari bangunan semi permanen (kota-kota di Jepang misal Hiroshima & Nagasaki), maka hujan bom incendiary mampu membakar habis kota modern permanen gaya Eropa seperti Dresden, Hamburg, Aachen, dan Berlin.

Namun di tengah keterpurukan ini, Hitler justru tidak mengizinkan penggunaan senjata pemusnah massal TABUN untuk menyelematkan negaranya dari agresi militer sekutu yang semakin merangsek masuk ke jantung Jerman.

Perlu diingat bahwa saat itu Sekutu sama sekali tidak mengetahui perihal TABUN dan bagaimana cara mengatasinya, juga bahwa bom nuklir belum ditemukan oleh ilmuwan Amerika saat itu, sehingga Jerman adalah satu-satunya negara yang memiliki senjata pemusnah massal paling efektif.

Jika Hitler mau menggunakan TABUN, maka bukan tidak mungkin perang akan dimenangkan oleh Jerman.

Mengapa Hitler tidak menggunakan tabun?

Sebagaimana kita ketahui bahwa pribadi Hitler adalah pribadi yang sangat kompleks, orang-orang terdekatnya pun tidak mengetahui secara pasti bagaimana karakter asli Adolf Hitler.

Beberapa kalangan menganggap bahwa trauma masa lalu Hitler dalam Perang Dunia I, di mana ia pernah menjadi korban dalam serangan gas beracun (mustard gas) menjadi alasan utama ia untuk tidak menggunakan TABUN.

Namun kita juga harus mengetahui bahwa Adolf Hitler adalah seorang yang menjunjung tinggi fair-play dalam peperangan, bahkan mendekati kekolotan.

Dalam pertempuran Berlin (Battle of Berlin), tank-tank Soviet sengaja memasang bendera Nazi untuk mengelabui pesawat Stuka Jerman, dan Hitler dengan keras melarang pasukannya untuk melanggar peraturan bendera.

Begitu pula ketika kota-kota besar Jerman mulai dilanda badai ribuan pesawat pengebom Inggris dan Amerika, meluluhlantakkan pemukiman penduduk. Hitler enggan melakukan serangan balasan serupa hingga situasi benar-benar parah dan akhirnya ia hanya melancarkan serangan rudal (flying bombs) V-1 ke London.

Hitler juga satu-satunya pemimpin negara berperang saat itu yang sangat menolak untuk membunuh petinggi negara lain secara sembunyi-sembunyi (assassination).

Kemungkinan utama Hitler menolak penggunaan TABUN adalah dia masih menjunjung tinggi konvensi Geneva sebagai peraturan perang internasional.
Penggunaan TABUN oleh Hitler dimungkinkan dalam dua hal yakni penggunaan strategis dan penggunaan taktis.

Penggunaan strategis sebagaimana sekutu menggunakan armada ribuan pesawat bomber-nya untuk menghancurkan kota-kota Jerman dan Jepang, maka Hitler dapat pula meluncurkan bom-bom TABUN baik melalui pesawat bomber maupun langsung melalui missile V-1 yang bercokol di Prancis menuju sasaran-sasaran padat penduduk di Inggris maupun Soviet, bahkan Amerika.

Efeknya tentu sangat dahsyat, selain menghancurkan kapabilitas Sekutu di bidang sumber daya manusia, TABUN juga mampu menghancurkan moral rakyat yang tahu bahwa efek TABUN sangat mematikan dan pasti mati.

Penggunaan yang jauh lebih praktis namun mampu menyelamatkan Jerman dari kekalahan perang tentu saja penggunaan taktis di medan tempur. Ketersediaan TABUN pada medio 1943 berarti Jerman seharusnya telah mampu menyelematkan dirinya dari kekalahan-kekalahan telak seperti di Kursk (1943), Bagration (1944), Korsun-Cherkassy (1944), Budapest (1945), hingga Battle of Berlin (1945).

Bahkan pendaratan Sekutu barat yang terkenal, yakni Operation Overlord (D-Day, 6 Juni 1944), dapat dengan mudah digagalkan Hitler dengan meluncurkan missile V-1 yang mengandung TABUN ke arah konsentrasi pasukan sekutu di pantai Normandia, mengingat roket V-1 adalah satu-satunya metode pengiriman bom yang dapat menghindari superioritas udara pasukan sekutu.

Jika pasukan sekutu telah kalah telak dalam Operation Overlord, maka akibat politiknya adalah pengunduran diri Presiden Roosevelt, Dwight D. Eisenhower, dan bahkan hancurnya aliansi Amerika-Inggris (kita ketahui bahwa Overlord adalah "ide" dari Amerika, sedangkan Inggris lebih memilih invasi di daerah Mediterania). Ini dapat menyebabkan masyarakat Amerika, Inggris, dan Kanada mengalami kehancuran moral untuk mendukung perang.
Sumber :

Signal-Taschenlampe dan Feld-Taschenlampe (Lampu/Senter Sandi Multi-Warna)

SS-Brigadeführer und Generalmajor der Waffen-SS Jürgen Wagner (23. SS-Freiwilligen-Panzergrenadier-Divison "Nederland") memakai ledermantel (jaket kulit) dan Signal-taschenlampe (Lampu/Senter Sandi). Di lehernya bertengger medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub #680 tanggal 11 Desember 1944 sebagai Kommandeur 4.SS-Freiwilligen-Panzergrenadier-Brigade "Nederland"
 Oberst Constantin Meyer (Festung Kommandant Metz di Lorraine) saat menyerahkan diri ke tangan US Third Army tanggal 20 November 1944. Dia memakai fernglas (teropong) dan Feld-Taschenlampe (lampu senter lapangan) di luar offiziermantel yang dipakainya. Sedikit tersembul di leher adalah Ritterkreuz yang didapatnya tanggal 8 Mei 1942 sebagai Oberstleutnant dan Führer Infanterie-Regiment 257. Ikut ditangkap bersamanya di hari itu, SS-Brigadeführer und Generalmajor der Polizei Anton Dunckern (Auffangstab Metz)


 Kalau nggak ngeh, bisa-bisa Landser yang difoto tahun 1942 di Front Rusia ini disangka menenteng Ipod di punggungnya! Sebenarnya itu adalah Feld-Taschenlampe dari merk Pertrix no.679. Dari mukanya yang butek dan seragamnya yang lusuh (perhatikan salah satu schulterklappen-nya yang copot!) Di koppel (ikat pinggang), dia memakai tas kecil pembungkus kamera Agfa di kiri dan patronentaschen (kantong amunisi) di kanan. kita bisa tahu neraka apa yang telah dilalui oleh si prajurit, yang bahkan tetap memaksakan diri untuk tersenyum demi untuk konsumsi kamera!
Fungsi utama Signal-taschenlampe adalah untuk memberi tanda melalui warna lampu yang bisa diatur melalui tombol slide. Tiga buah tombol slide yang tersedia berguna untuk menggeser layar berwarna menutup tabung lampu dan reflektor sehingga merubah warna dasar putih menjadi biru, hijau atau merah. Bahan utama Signal-taschenlampe biasanya terbuat dari bakelit, sebuah bahan plastik thermo-indurent phenolic primitif Jerman yang diproduksi oleh Bayer. Kelebihannya adalah bahan ini tahan korosi serta karat sehingga bisa pula dipakai oleh personil Kriegsmarine yang sehari-harinya bersentuhan dengan air (laut). Bahan bakelit ini juga digunakan oleh unit-unit artileri Jerman
Sebagai sumber tenaganya digunakan baterai gepeng dengan dua lidah metal di atasnya yang berkekuatan 4,5v seperti di atas. Baterai jenis ini masih diproduksi dan kode internasionalnya adalah 3R12P. Sebagai contoh baterai dari jenis serupa adalah Duracell MN1203 yang bisa anda beli (kalau niat!) DISINI


 Berbagai bentuk dan merk Signal-Taschenlampe dan Feld-Taschenlampe yang digunakan oleh Wehrmacht dalam Perang Dunia II. Hebatnya, seperti hampir semua mesin buatan Jerman di masa itu, benda-benda ini ternyata masih tetap bisa difungsikan sampai saat ini tanpa masalah, selama peralatannya masih terawat dengan baik!




Sumber :
Buku "German Army Uniforms and Insignia 1933-1945" karya Brian L. Davis
www.albumwar2.com
www.battlefront.ru
www.ebay.de
www.forum.axishistory.com
www.vrijwilligerslegioen.nl
www.wo2forum.nl

Foto Zimmerit

Biasanya teknologi zimmerit (lapisan yang ditambahkan pada kulit tank untuk menangkal ranjau/bom magnetik) diterapkan pada panzer-panzer kelas berat semacam Panther atau Tiger. Pengecualiannya adalah dalam foto di atas yang memperlihatkan Panzerkampfwagen IV berbalut zimmerit! Foto ini diambil di sebuah stasiun kereta api di Viborg, Denmark, tahun 1944


Para Zugführer (komandan peleton) dari XXXXVII.Panzerkorps / 5.Panzerarmee berkumpul bersama komandan kompinya yang berpangkat Leutnant (memakai kacamata) di depan Panzerbefehlswagen IV Ausf.G "508" dan berpose untuk kepentingan propaganda sebelum berangkat bertempur. Panzerbefehlswagen IV (arti harfiahnya: Panzer IV tunggangan komandan) di atas dilengkapi dengan dua buah antena radio (FuG5 dan FuG8) untuk memperlancar komunikasi. Lapisan bajanya juga mendapat tambahan zimmerit anti ranjau magnetik. Warna dasarnya adalah kuning gelap yang dipadukan dengan hijau zaitun dan merah-coklat. Pada saat itu XXXXVII. Panzerkorps (General der Panzertruppe Heinrich Freiherr von Lüttwitz) terdiri dari 21. Panzer-Division, Panzer-Brigade 111, Panzer-Brigade 112, dan Panzer-Brigade 113. Foto diambil di desa Abreschviller, Moselle, di sektor Sarrebourg (Prancis) di tengah kecamuk Pertempuran Arracourt/Lorraine tanggal 20 September 1944


 Empat orang awak Panzerkampfwagen VI Tiger II (Königstiger) "112" dari schwere Panzer-Abteilung 505 berpose dengan wanita-wanita Jerman penduduk lokal di Truppenübungsplatz (tempat latihan) Ohrdruf bulan Agustus 1944. Tank-tank kelas berat dari unit ini ditandai dengan insignia "Ksatria Penunggang Kuda" yang dicat di bagian kanan turet, di bagian yang sengaja tidak ditempeli oleh zimmerit


 Mayat awak Panzerkampfwagen V Panther yang tergeletak di atas dek mesin tanknya yang berselaput Zimmerit, Front Barat tahun 1944. Dari Ostmedaille (Medaille Winterschlacht im Osten 1941/42) di kerahnya, kita bisa mengetahui bahwa dia adalah veteran perang musim dingin di Rusia tahun 1941/1942. Dia juga mengenakan Verwundetenabzeichen (Medali Luka) di seragamnya, dan cincin tak dikenal (Totenkopfring?) di jarinya

18 Desember 1944: Sebuah Jagdpanzer IV/70 (V) dari SS-Panzerjäger-Abteilung 1 bergerak keluar dari jalan utama dan masuk ke lapang berlumpur demi menghindari rongsokan kendaraan lapis baja, tank ringan dan half-track dari 18th Cavalry Squadron/14th Cavalry Group yang disergap dan dihancurkan oleh Kampfgruppe Hansen yang menyerang melalui Poteau dari Recht. Ketiadaan zimmerit mengindikasikan bahwa kendaraan satu ini diproduksi setelah pertengahan bulan September 1944, meskipun cuplikan gambar bergerak dari kendaraan yang sama yang berasal dari Die Deutsche Wochenschau Nr. 747 memperlihatkan bahwa dia masih dilengkapi oleh knalpot silinder horizontal model awal yang telah diperintahkan untuk diganti oleh model knalpot Flammentöter vertikal bertekanan api dari sejak bulan Agustus 1944


Sumber :
Foto koleksi pribadi Bill T. (12thPanzer)
www.5sswiking.tumblr.com
www.estmilitaria.forumactif.org
www.fallschirmjager.tumblr.com
www.iwm.org.uk
www.wehrmacht-awards.com

Roket V-2, Penginspirasi Roket Modern

Replika roket V-2 di musium Peenemünde

Untuk foto-foto roket V-1 dan V-2 bisa dilihat DISINI


Roket V-2 (bahasa Jerman: Vergeltungswaffe 2) adalah peluru kendali balistik buatan manusia pertama yang bisa mencapai titik sub-orbital di luar angkasa. Roket ini telah menginspirasi berbagai roket modern termasuk roket Saturn V yang dipergunakan dalam perjalanan ke bulan. Lebih dari 3,000 buah roket tipe ini diluncurkan sebagai senjata oleh militer Jerman untuk membidik sasaran dari pasukan Sekutu dalam Perang Dunia Kedua, yang mengakibatkan kematian lebih dari 7,250 dari pihak militer dan penduduk sipil, sedangkan tidak kurang dari 20,000 orang menemui ajalnya di Mittelbau-Dora selama proses pembuatannya.

Mengikuti suksesnya di desa Kummesdorf dengan dua roket seri Aggregate, Wernher von Braun dan Walter Riedel mulai memikirkan rancangan roket yang jauh lebih besar pada musim panas 1936 dengan dasar sebuah mesin yang diprojeksikan memiliki gaya dorong 25 metrik ton. Proyek A-4 ditunda setelah test stabilitas aerodinamis model A-3 pada tahun 1936 memberikan hasil mengecewakan, von Braun memberi perincian perfomance A-4 pada tahun 1937, dan desain dan konstruksi A-4 dilaksanakan sekitar tahun 1938-1939.

Pada tanggal 28-30 September 1939, Konferensi Der Tag der Weisheit (hari kebijakan) diadakan di Peenemunde untuk memulai pembiayaan riset universitas untuk memecahkan masalah keroketan. Pada ahir 1940, Pusat Riset Angkatan dara di Peenemünde berhasil memecahkan teknology inti yang erat dengan suksesnya tipe A-4. Teknologi itu adalah mesin roket besar berbahan bakar cair, aerodinamika supersonik, gyroscopic guidance dan sirip pengontrol semburan jet. Pada saat itu, Hitler tidaklah terlalu terpesona dengan V-2, ia menunjukan bahwa roket V-2 hanyalah sebuah peluru artileri yang memiliki jarak lebih jauh dan harga yang jau lebih tinggi!

Pada awal September 1943, von Braun menjanjikan Komisi Pengeboman JarakJauh bahwa pengembangan A-4 telak selesai, tetapi kenyataannya sampai pertengahan 1944, daftar komponen A-4 yang lengkap belum siap. Hitler kemungkinan masih tetap tidak terpesona dengan kemampuan senjata itu tetapi mengagumi dedikasi tim pengembang V-2, dan Hitler juga memerlukan sebuah "wonder weapon" (senjata yang menakjubkan) untuk menjata moral bangsa Jerman. Hitler menyetujui implementasi jumlah besar senjata V-2.

Pada saat peluncuran tipe A-4 meluncurkan diri dengan tenaganya sendiri sepanjang 65 detik dan sebuah motor program mengontrol sudut hidung pada derajat yang ditentukan saat mesin dimatikan, yang kemudian roket ini melanjukan penerbangan dengan trajektor jatuh-bebas (free fall). Roket ini mencapai ketinggian 80 km sebelum mesin dimatikan.

Pompa bahan bakar dan bahan oksidasi ditenagai oleh turbin uap,yang uapnya dihasilkan oleh pencampuran Hidroken peroksida dan katalist potasium permanganate. Tanki alkohol dan tanki oksigen, keduanya terbuat dari aloi magnesium-aluminium.

Reaksi di ruang pembakaran mencapai 2500−2700 °C. Bahan bakar air-alkohol dipompa melalui ruang berdinding dua dari ruang pembakaran utama (bagian bawah). Ini mendinginkan dinding ruang pembakar utama dan memanasi bahan bakar (regenerative cooling). Bahan bakar kemudian dipompa kedalam ruang bakar utama melalui 1.224 nossel, yang memastikan ketepatan campuran alkohol dan oksigen selama pembakaran. Lubang-lubang kecil juga memperbolehkan sebagian alkohol masuk ke dalam ruang bakar membentuk lapisan tipis (boundary layer) dingin yang melindungi dinding ruang pembakar, terutama pada leher bagian sempit dari ruang. Lapisan tipis (boundary layer) alkohol ini menyala jika membuat kontak dengan atmosfer, yang menghasilkan ekor jet api yang panjang dan lembut (difuse) (mesin desain akhir setelah V-2 tidak menggunakan effek alkohol tipis untuk mendinginkan dinding dan memperlihatkan ekor berpola "shock diamond")

V-2 diarahkan dengan menggunakan empat sirip ekor dan empat kipas terbuat dari grafit pada bagian akhir motor roket. LEV-3 guidance system (sistem kontrol) terdiri dari dua giroskop bebas (horisontal dan vertikal) untuk stabilisasi lateral dan sebuah giroskop akselerometer yang disambung ke elektrolitik integrator (mesin dimatikan saat lapisan perak tipis habis terelektrolisa pada sisi dasar yang berkonduksitasi rendah). Beberapa model akhir V-2 memakai "sinar penuntun" (signal radio yang dipancarkan dari tanah) untuk bernavigasi ke arah target, tetapi mode-model awal menggunakan komputer analog sederhana yang mengontrol azimuth roket, jarak terbang dikontrol melalui jumlah waktu sampai mesin dimatikan, dan "Brennschluss", pengontrolan dari darat dengan menggunakan sistem doppler atau berbagai akselerometer integrasi di dalam roket. Roket kemudian berhenti menambah kecepatan set dan mencapai titik terbang tertinggi (kira-kra berbentuk parabola)

Cat luar dari V-2 yang dioperasikan kebanyakan kamuflase berpola dengan beberapa variasi, tetapi pada akhir perang roket yang berwarna hijau tua polos juga dipakai. Saat test, roket diwarnai dengan pola kotak-kotak hitam putih yang khas, yang membantu menunjukkan kalau roket menggulir pada poros longitudinal.

Tipe: single stage ballistic missile (area bombing)
Negara asal: Nazi Jerman
Masa penggunaan: 8 September 1944–19 September 1952
Digunakan oleh: Nazi Jerman, Amerika Serikat (pasca perang) dan Uni Soviet (pasca perang)i
Produsen: Mittelwerk GmbH (pengembangan oleh Pusat Penelitian AD Peenemünde)
Biaya produksi: 100.000 RM Januari 1944, 50.000 RM Maret 1945
Diproduksi: 16 Maret 1942

Spesifikasi
Berat: 12.500 kg (28,000 lb)
Panjang: 1.400 m (4,600 kaki)(14 m)
Diameter: 165 m (540 kaki)
Hulu ledak: 980 kg (2,200 lb) Amatol
Wingspan: 356 m (1,170 kaki)
Bahan bakar: 3.810 kg (8,400 lb) dari 75% ethanol dan 25% air + 4.910 kg (10,800 lb) oksigen cair
Daya jelajah: 320 km (200 mil)
Ketinggian terbang: 88 km (55 mil) ketinggian maksium dalam lintasan jarak jauh, 206 km (128 mil) ketinggian maksimum bila diluncurkan secara vertikal.
Kecepatan maksimum: 1.600 m/s (5,200 ft/s); saat tumbukan 800 m/s (2,600 ft/s)
Sistem penuntun: Giroskop sebagai pengendali ketinggian, akselerometer giroskopik tipe bandul Müller untuk penghentian mesin di kebanyakan roket yang diproduksi (10% roket Mittelwerk digunakan sebagai balok penuntun saat penghentian mesin)
Alat peluncur: Mobile (Meillerwagen)


Sumber :
www.id.wikipedia.org



Album Foto Roket V1 dan V2 Nazi Jerman

V-1

Tersembunyi di antara jaring kamuflase ini adalah mixer semen dan lori yang dipakai untuk membangun tempat peluncuran roket V-1

 Sebuah Heinkel He 111 dari 1.Staffel / Kampfgeschwader 53 (KG 53) meluncur menyusuri landas pacu yang dijaga dengan ketat, sementara seorang awak darat nongkrong di atas kokpit pesawat untuk membantu mengarahkan sang pilot supaya tidak melenceng keluar jalur atau menabrak pohon yang banyak tumbuh di sekeliling landasan. Perhatikan alat pengatur api di pipa pembuangannya serta pembawa roket V-1 yang terpasang di bagian kanan badan pesawat! Foto di atas diambil di lapangan udara Varrelbusch antara tanggal 13 September s/d 7 Oktober 1944. 1./KG 53 sendiri beroperasi dari landasan ini sejak tanggal 16 September 1944 dengan tugas utamanya meluncurkan roket-roket V-1 ke Inggris. Roket ini nantinya dilepaskan menuju sasarannya di atas Laut Utara. Misi yang dilaksanakan rata-rata dilakukan di atas ketinggian rendah demi menghindari deteksi radar Inggris. Setelah “bom terbang” tersebut dilepaskan, mereka akan diarahkan ke targetnya menggunakan sebuah bantalan tetap dan pemuat bahan bakar. Kerugian yang diderita KG 53 sendiri terbilang tinggi, yang sebagian besar diakibatkan oleh pesawat-pesawat pemburu malam Sekutu serta cuaca buruk


 Sebuah roket V-1 dengan pola kamuflase yang tidak biasa! Foto ini diambil di tempat penyimpanan amunisi yang tersembunyi di antara lebatnya pohon-pohon di dekat lapangan udara Varrelbusch. V-1 nya sendiri disimpan di tempat terbuka, tanpa ditutupi oleh jarring kamuflase atau ranting-ranting pohon. Perhatikan sumbat pengaman berwarna kuning di hidung V-1! Foto di atas diambil di lapangan udara Varrelbusch antara tanggal 13 September s/d 7 Oktober 1944. 1./KG 53 sendiri beroperasi dari landasan ini sejak tanggal 16 September 1944 dengan tugas utamanya meluncurkan roket-roket V-1 ke Inggris. Roket ini nantinya dilepaskan menuju sasarannya di atas Laut Utara. Misi yang dilaksanakan rata-rata dilakukan di atas ketinggian rendah demi menghindari deteksi radar Inggris. Setelah “bom terbang” tersebut dilepaskan, mereka akan diarahkan ke targetnya menggunakan sebuah bantalan tetap dan pemuat bahan bakar. Kerugian yang diderita KG 53 sendiri terbilang tinggi, yang sebagian besar diakibatkan oleh pesawat-pesawat pemburu malam Sekutu serta cuaca buruk

------------------------------------------------------------------------

V-2

General der Nachrichtentruppe Erich Fellgiebel memberi selamat atas kesuksesan penerbangan pertama roket V-2 (A4) pada seorang perwira Heer yang tidak diketahui identitasnya di Pusat Penelitian AD (Heeresversuchsanstalt) Peenemünde di Pulau Usedom, 3 Oktober 1942. Dari kiri ke kanan: Erich Fellgiebel, Oberst Dipl.ing Leo Zanssen, Oberst Walter Dornberger, Wernher von Braun, perwira tak dikenal, Hauptmann Stoelzel (proyek roket anti serangan udara Typhoon), Rudolph Hermann (kepala operasional terowongan udara supersonik), dan Dr. Gerhard Reisig (kepala instrumentasi uji lapangan)


Di Cuxhaven, para penembak meriam Inggris dari Royal Artillery menganalisis roket V2 selama berlangsungnya "kursus" tentang sistem pengoperasian roket tersebut sebagai bagian dari "Operation Backfire" (program pengujicobaan V2 oleh Inggris). Perhatikan bahwa roket V2 di atas telah dilengkapi dengan roda untuk memudahkan pemindahannya


Sumber :

Majalah "Allied-Axis" no.01
Majalah "Luftwaffe im Focus" edisi no.01 tahun 2003
www.lonesentry.com
www.multimedia.ctk.cz
www.stolly.org.uk

Album Foto Flakfernrohr (Teropong Flak)

Flakfernrohr 10x80

Seorang prajurit Wehrmacht dengan peralatan Flakfernrohr. Prajurit ini benama Wolfgang Busch, dan setelah perang dia kemudian menjadi fotografer ternama yang websitenya bisa kita lihat DISINI!

Prajurit Waffen-SS dengan Flakfernrohr di Prancis, Juni 1944


Prajurit Jerman "ngintip" melalui Flakfernrohr di Prancis utara, 21 Juni 1944


Sumber :
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
www.commons.wikimedia.org
www.pbase.com

Entfernungsmesser (Penjejak Arah Artileri)

Penjejak arah Deutsche Afrikakorps Entfernungsmesser EM34 dan truk Ford CMP 30 hasil rampasan. Foto ini dengan jelas memperlihatkan penggunaan rangka bahu untuk membantu dalam menopang EM34, sementara tas penyimpan rangkanya disimpan di belakang. Memang sangat sulit, bahkan dikatakan mustahil, untuk memegang Entfernungsmesser di tangan sambil berharap bisa menentukan arah dengan tepat! Rangka bahu ini tidaklah sebagus tripod, tapi setidaknya lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Rangka ini bisa dilipat dan dimasukkan ke tas yang ada di belakang

Awak artileri pantai di Lapland, Norwegia, dengan teropong dan Entfernungsmesser (1941)

Juli 1941: Dua jenderal Luftwaffe sedang menginspeksi kapal feri Siebel yang sedang mengadakan latihan penembakan sasaran dengan menggunakan bantuan alat pencari jarak. Jenderal paling kiri di dua foto di atas ada dua kemungkinan: Otto Deßloch (pangkat terakhir Generaloberst) atau Kurt Steudemann (pangkat terakhir Generalleutnant). Saya lebih cenderung pada pilihan kedua, karena saya belum pernah melihat Deßloch memakai kacamata. Yang lebih meyakinkan lagi, Steudemann sendiri adalah Inspekteur der Flakartillerie kedua. Ini nyambung banget sama perwira-perwira Luftwaffe yang berada bersama mereka di latar belakang. Perhatikan foto kedua! Kerahnya mempunyai warna dasar merah, yang menandakan bahwa mereka berasal dari unit flakartillerie (artileri anti serangan udara) Luftwaffe

Gebirgsjäger dengan Entfernungsmesser di front Italia (1944)

Entfernungsmesser untuk Küstenbatterie (Baterai Artileri Pantai) di Lapland, Norwegia (1943)

Anggota Panzergrenadier-Division dengan Entfernungsmesser untuk Vierlings-Flak, 5 November 1943

Prajurit Jerman beramai-ramai "ngintip" melalui Flak-Entfernungsmesser di Prancis utara, 21 Juni 1944

Prajurit Luftwaffe dengan Entfernungsmesser untuk artileri pantai tahun 1942. Perhatikan bukit karang di latar belakang!

Penembak meriam Jerman melihat melalui Entfernungsmesser 34 (EM34) di pos observasi depan


Sumber :
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
Foto koleksi pribadi Horst Grund
www.commons.wikimedia.org
www.facebook.com
www.fieldgear.org

Tidak ada komentar: